Mengunjungi Soneta Record, (sebelumnya bernama Yukawi Record) Tempat Bersejarah dalam Industri Musik Indonesia

Saya berkesempatan untuk mengunjungi Soneta Record untuk yang kedua kalinya, setelah setahun sebelumnya juga berkunjung. Kali ini, saya janjian dengan salah seorang fans berat dan kolektor kaset serta piringan hitam Rhoma Irama, Andi Surya dari Surabaya dan Pak Zuhri produsen karpet yang dipergunakan di studio milik Rhoma Irama. Tempat ini tak lepas dari perusahaan rekaman yang bernama Yukawi Record, sebelum diakuisisi oleh Bang Haji Rhoma Irama.

PT Yukawi Indomusic adalah salah satu label dan rumah rekaman pada era 1970-an dan awal 1980-an yang ikut andil dalam perkembangan musik di Indonesia. Label yang didirikan oleh Nomo Koeswoyo ini sukses mengorbitkan banyak artis seperti Franky Sahilatua, Enny Haryono, Usman Besaudara, dan Kembar Grup (Alex dan Jacob).dan mencetak beberapa jingle iklan populer.serta rekaman berbagai musisi, termasuk grup OM Soneta yang dipimpin Rhoma Irama.

Bagi banyak musisi saat itu, Yukawi memberikan kesempatan untuk merekam di tengah industri musik yang masih berkembang dan menawarkan fasilitas untuk produksi kaset dan album, distribusi, dan menjadi bagian dari pergerakan besar musik dangdut/pop Melayu yang kemudian populer di masyarakat.

Kolaborasi dengan Rhoma Irama dan OM Soneta: Kebangkitan Musik Dangdut

Perjalanan Rhoma Irama bersama OM Soneta di bawah naungan PT Yukawi menandai ledakan dangdut versi baru yang memadukan unsur melayu, gitar elektrik, dan lirik sosial. Sejak pertengahan 1970-an, Soneta bergabung dengan Yukawi dan merilis sejumlah album berbekal kreativitas maupun idealisme Rhoma.

Misalnya, album-album seperti Soneta Volume 1 (Begadang) hingga Soneta Voulme 9 (Begadang II) adalah produk era dimana Soneta berada di bawah label Yukawi. Lewat Yukawi, karya-karya awal tersebut tersebar ke khalayak luas, mempopulerkan dangdut-rock-Melayu dan menjadikan OM Soneta bersama Rhoma sebagai ikon musik di era itu.

Label ini juga menampung banyak artis dan grup lain, sehingga Yukawi menjadi salah satu pusat musik Melayu/pop yang sangat berpengaruh saat itu.

Krisis Finansial dan Akuisisi: Dari PT Yukawi ke Soneta Record

Namun, seperti banyak label musik lain di masa transisi industri kaset, PT Yukawi Indomusic menghadapi masa sulit. Pada tahun 1983, PT Yukawi mengalami kebangkrutan. Situasi ini membuka peluang bagi Rhoma Irama untuk mengambil alih aset-aset milik Yukawi, termasuk gedung studio rekaman dan peralatanya, sehingga label dan studio rekaman itu bisa diselamatkan.

Setelah akuisisi, Rhoma mengganti nama perusahaan dan studionya menjadi Soneta Record (sering juga disebut PT Soneta Corporation), menjadikannya sebagai perusahaan rekaman pribadi milik Rhoma dan OM Soneta. Dengan begitu, Soneta Record menjadi pusat rekaman, latihan, dan penyimpanan alat musik grup sekaligus warisan berdirinya kembali label setelah kejatuhan Yukawi.

Warisan PT Yukawi: Dampak dan Kenangan dalam Sejarah Dangdut

Meskipun PT Yukawi tidak lagi ada secara resmi setelah akuisisinya, jejak sejarahnya tetap kuat. Yukawi menjadi saksi awal lahirnya era modern musik dangdut/pop Melayu bersama Rhoma Irama dan OM Soneta, musik yang kemudian mempengaruhi banyak musisi dan penikmat musik di seluruh Indonesia.

Lewat Yukawi, Soneta merilis karya seminal yang membuka jalan bagi dangdut sebagai musik populer dan diterima luas. Setelah berubah menjadi Soneta Record, warisan Yukawi tetap hidup menunjukkan bahwa transformasi dalam industri musik dapat melestarikan nilai dan kreativitas meski label aslinya runtuh.

Dengan demikian, sejarah PT Yukawi adalah bagian penting dalam narasi musik Indonesia bukan hanya karena ia pernah menjadi tempat rekaman banyak lagu hits besar, tetapi juga karena perannya sebagai jembatan dari era musik lawas ke era baru di mana musisi bisa lebih leluasa menentukan arah karya.

Penulis: drhandri/suarasoneta

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *